✔ 10 Cara Menawarkan Motivasi Siswa Dalam Belajar

 Cara Memberikan Motivasi Siswa Dalam Belajar ✔ 10 Cara Memberikan Motivasi Siswa Dalam Belajar

Dalam dunia pendidikan, terutama dalam acara belajar, bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses berguru mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan hasil berguru seseorang, salah satunya yaitu kemampuan seseorang siswa untuk memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Daniel Goleman (2004: 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% yaitu dukungan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya yaitu kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Motivasi sangat penting artinya dalam acara belajar, lantaran adanya motivasi mendorong semangat berguru dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang berguru tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal.


Motivasi memegang peranan yang amat penting dalam belajar, Maslow (1945) dengan teori kebutuhannya, menggambarkan kekerabatan hirarkhis dan banyak sekali kebutuhan, di ranah kebutuhan pertama merupakan dasar untuk timbul kebutuhan berikutnya. Jika kebutuhan pertama telah terpuaskan, barulah insan mulai ada keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang selanjutnya. Pada kondisi tertentu akan timbul kebutuhan yang tumpang tindih, contohnya yaitu orang ingin makan bukan lantaran lapar tetapi lantaran ada kebutuhan lain yang mendorongnya. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi atau perpuaskan, itu tidak berarti bahwa kebutuhan tesebut tidak akan muncul lagi untuk selamanya, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Manusia yang dikuasai oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan akan termotivasi untuk melaksanakan acara guna memuaskan kebutuhan tersebut (Maslow, 1954).



Dalam implikasinya pada dunia belajar, siswa atau pelajar yang lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Setelah kebutuhan yang bersifat fisik terpenuhi, maka meningkat pada kebutuhan tingkat berikutnya yaitu rasa aman. 

Sebagai teladan yaitu seorang siswa yang merasa terancam atau dikucilkan baik oleh siswa lain mapun gurunya, maka ia tidak akan termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai. Seseorang siswa yang telah terpenuhi kebutuhan harga dirinya, maka beliau akan percaya diri, merasa berharga, marasa kuat, merasa mampu/bisa, merasa mempunyai kegunaan dalam didupnya. 


 Kebutuhan yang paling utama atau tertinggi yaitu kalau seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan sendiri mencakup kebutuhan menjadi tahu, mengerti untuk memuaskan aspek-aspek kognitif yang paling mendasar.

Guru sebagai seorang pendidik harus tahu apa yang diinginkan oleh para sisiwanya. Seperti kebutuhan untuk berprestasi, lantaran setiap siswa mempunyai kebutuhan untuk berprestasi yang berbeda satu sama lainnya. Tidak sedikit siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang rendah, mereka cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam mencapai prestasi berguru yang tinggi. Meskipun banyak juga siswa yang mempunyai motivasi untuk berprestasi yang tinggi. Siswa mempunyai motivasi berprestasi tinggi kalau keinginan untuk sukses benar-benar berasal dari dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri maupun dalam bersaing dengan siswa lain.

Siswa yang tiba ke sekolah mempunyai banyak sekali pemahaman ihwal dirinya sendiri secara keseluruhan dan pemahaman ihwal kemampuan mereka sendiri khususnya. Mereka mempunyai citra tertentu ihwal dirinya sebagai insan dan ihwal kemampuan dalam menghadapi lingkungan. Ini merupakan cap atau label yang dimiliki siswa ihwal dirinya dan kemungkinannya tidak sanggup dilihat oleh guru namun sangat menghipnotis acara berguru siswa. Gambaran itu mulai terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, yaitu keluarga dan teman sebaya maupun orang remaja lainnya, dan hal ini menghipnotis prestasi belajarnya di sekolah.

Berdasarkan pandangan di atas sanggup diambil pengertian bahwa siswa tiba ke sekolah dengan citra ihwal dirinya yang sudah terbentuk. Meskipun demikian adanya, guru tetap sanggup menghipnotis mapun membentuk gambarang siswa ihwal dirinya itu, dengan tujuan biar tercapai gambarang ihwal masing-masing siswa yang lebih positif. 

Apabila seorang guru suka mengkritik, mencela, atau bahkan merendahkan kemampuan siswa, maka siswa akn cenderung menilai diri mereka sebagai seorang yang tidak bisa berprestasi dalam belajar. Hal ini berlaku terutama bagi bawah umur Taman Kanak-kanak atau SD yang masih sangat muda. Akibatnya minat berguru menjadi turun. Sebaliknya kalau guru memperlihatkan penhargaan, bersikap mendukung dalam menilai prestasi siswa, maka lebih besar kemungkinan siswa-siswa akan menilai dirinya sebagai orang yang bisa berprestasi. 

Penghargaan untuk berprestasi merupakan dorongan untuk memotivasi siswa untuk belajar. Dorongan intelektual yaitu keinginan untuk mencapai suatu prestasi yang hebat, sedangkan dorongan untuk mencapai kesuksesan termasuk kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk berprestasi.

Mengutip pendapat Mc. Donald (Tabrani, 1992: 100), “motivation is energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction.” Motivasi yaitu sesuatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari perumusan yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu: 1) motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal), 3) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Dari uraian di atas terperinci kiranya bahwa motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin berpengaruh pula motivasinya. Kaprikornus motivasi itu sangat mempunyai kegunaan bagi tindakan atau perbuatan seseorang. Penjelasan mengenai fungsi-fungsi motivasi adalah:

  1. Mendorong insan untuk bertindak/berbuat. Motivasi berfungsi sebagai pengerak atau motor yang memperlihatkan energi/kekuatan kepada seseorang untuk melaksanakan sesuatu.
  2. Menentukan arah perbuatan. Yakni ke arah perwujudan tujuan atau cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Makin terperinci tujuan itu, makin terperinci pula jalan yang harus ditempuh.
  3. Menyeleksi perbuatan. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan. (Ngalim Purwanto, 2002: 71)

Jenis-jenis motivasi
  1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari dalam diri individu, contohnya keinginan untuk menerima keterampilan tertentu, memperolah informasi dan pengertian, menyebarkan perilaku untuk berhasil, menyenangi kehidupan, keinginan diterima oleh orang lain.
  2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul akhir adanya efek dari luar individu. Sperti hadiah, pujian, ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian orang mau melaksanakan sesuatu. (Tabrani, 1992: 120)

Lalu bagaimanakan cara untuk meningkatkan motivasi siswa biar mereka mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, khususnya bagi mereka yang mempunyai motivasi rendah dalam berprestasi. Ada beberapa seni administrasi yang bisa dipakai oleh guru untuk menumbuhkan motivasi berguru siswa, sebagai berikut:


Menjelaskan tujuan berguru ke penerima didik


Pada permulaan berguru mengajar hendaknya seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang akan dicapai siswa. Tidak cukup hingga di situ saja, tapi guru juga bisa memperlihatkan klarifikasi ihwal pentingnya ilmu yang akan sangat mempunyai kegunaan bagi masa depan seseorang, baik dengan norma agama maupun sosial. Makin terperinci tujuan, maka makin besar pula motivasi dalam belajar.


Hadiah


Berikan hadian untuk siswa-siwa yang berprestasi. Hal ini akan sangat memacu siswa untuk lebih ulet dalam berprestasi, dan bagi siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk mengejar atau bahkan mengungguli siswa yang telah berprestasi. Hadiah di sini tidak perlu harus yang besar dan mahal, tapi bisa menimbulkan rasa senag pada murid, lantaran merasa dihargai lantaran prestasinya. Kecuali pada setiap selesai semester, guru bisa memperlihatkan hadiah yang lebih istimewa (seperti buku bacaan) bagi siswa ranking 1-3.



Saingan/kompetisi


Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.

Pujian


Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya kebanggaan yang bersifat membangun. Bisa dimulai dari hal yang paling kecil seperti, “beri tepuk tangan bagi si Budi…”, “kerja yang bagus…”, “wah itu kau bisa…”.

Hukuman


Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan dikala proses berguru mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan biar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Hukuman di sini hendaknya yang mendidik, menyerupai menghafal, mengerjakan soal, ataupun menciptakan rangkuaman. Hendaknya jangan yang bersifat fisik, menyerupai menyapu kelas, berdiri di depan kelas, atau lari memutari halaman sekolah. Karena ini terperinci akan menganggu psikis siswa.

Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar


Strateginya yaitu dengan memperlihatkan perhatian maksimal ke penerima didik, khususnya bagi mereka yang secara prestasi tertinggal oleh siswa lainnya. Di sini guru dituntut untuk bisa lebih jeli terhadap kondisi anak didiknya. Ingat ini bukan hanya kiprah guru bimbingan konseling (BK) saja, tapi merupakan kewajiban setiap guru, sebagai orang yang telah dipercaya orang renta siswa untuk mendidik anak mereka.

Membentuk kebiasaan berguru yang baik


Ajarkan kepada siswa cara berguru yang baik, entah itu ketika siswa berguru sendiri maupun secara kelompok. Dengan cara ini siswa dibutuhkan untuk lebih termotivasi dalam mengulan-ulang pelajaran ataupun menambah pemahaman dengan buku-buku yang mendukung.

Membantu kesulitan berguru anak didik secara individual maupun kelompok


Ini bisa dilakukan menyerupai pada nomor 6.

Menggunakan metode yang bervariasi


Guru hendaknya menentukan metode berguru yang sempurna dan berfariasi, yang bisa membangkitkan semangat siswa, yang tidak menciptakan siswa merasa jenuh, dan yang tak kalah penting yaitu bisa menampung semua kepentingan siswa. Sperti Cooperative Learning, Contectual Teaching & Learning (CTL), Quantum Teaching, PAKEM, mapun yang lainnya. Karena siswa mempunyai tingkat intelegensi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Ada siswa yang hanya butuh 5 menit untuk memahami suatu materi, tapi ada siswa yang membutuhkan 25 menit gres ia bisa mencerna materi. Itu teladan mudahnya. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi berguru siswa.

Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran


Baik itu media visual maupun audio visual.



Sumber Bacaan:

Goleman, Daniel, Emitional Intelligence Kecerdasan Emosional Mengapa EQ Lebih Penting Daripada IQ, Jakata: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.

Tabrani Rusyan, Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001.

Belum ada Komentar untuk "✔ 10 Cara Menawarkan Motivasi Siswa Dalam Belajar"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel