✔ Kumpulan Pola Penelitian Tindakan Kelas ( Ptk ) Jenjang Sd

PTK ialah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut sanggup kuat terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan korelasi sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.


PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap banyak sekali tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, semenjak disusunnya suatu perencanaan hingga penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa aktivitas belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.
Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang guru :
  1. PTK sangat aman untuk menciptakan guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang beliau dan muridnya
  2. PTK sanggup meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
  3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru bisa memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada dilema nyata dan faktual yang berkembang di kelasnya.
  4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu kiprah pokok seorang guru lantaran beliau tidak perlu meninggalkan kelasnya. PTK merupakan suatu aktivitas penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses pembelajaran.
  5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif lantaran selalu dituntut untuk melaksanakan upaya-upaya penemuan sebagai implementasi dan pembiasaan banyak sekali teori dan teknik pembelajaran serta materi bimbing yang dipakainya.
  6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran mempunyai tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; berbagi keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
- Jenis dan Model PTK
PTK mempunyai karakteristik yang relatif agak berbeda jikalau dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, contohnya penelitian naturalistik, eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. 
Menurut Richart Winter ada enam karakteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.
  1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan aktivitas suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya penilaian atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf penilaian terhadap perubahan-perubahan.
  2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melaksanakan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melaksanakan investigasi terhadap: (a) konteks korelasi secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun sanggup dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur pertentangan internal, -maksudnya di balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
  3. Kolaboratif; di dalam PTK diharapkan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain ibarat atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan sanggup dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh lantaran pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan potongan dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi beliau juga terlibat eksklusif dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kerja sama di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses sanggup berlangsung.
  4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut biar peneliti berani mengambil resiko, terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melaksanakan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, agresi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan lantaran ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.
  5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal lantaran ditentukan oleh bunyi tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK mempunyai struktur jamak lantaran terperinci penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus meliputi semua komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti ialah situasi dan kondisi proses belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.
  6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para andal PTK bahwa antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para andal penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya sanggup digunakan dan dikembangkan bersama.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang memakai paradigma kualitatif maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai upaya memperkaya khasanah aktivitas penelitian yang sanggup dipertanggungjawabkan taraf keilmiahannya.


Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) Jenjang SD

E. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut.
  1. PTK Diagnostik; yang dimaksud dengan PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas.
  2. PTK Partisipan; suatu penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat eksklusif dalam proses penelitian semenjak awal hingga dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, semenjak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, kemudian menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi sanggup juga dilakukan di sekolah ibarat halnya teladan pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara eksklusif dan terus-menerus semenjak awal hingga berakhir penelitian.
  3. PTK Empiris; yang dimaksud dengan PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau agresi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama agresi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.
  4. PTK Eksperimental; yang dikategorikan sebagai PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan banyak sekali teknik atau taktik secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu taktik atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti sanggup memilih cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.
F. Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang hingga dikala ini sering digunakan di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
  1. Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan ( planning), (2) agresi atau tindakan (acting), (3) Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi: (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
  2. Model John Elliot; apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh lantaran di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa agresi yaitu antara 3-5 agresi (tindakan). Sementara itu, setiap agresi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terlaksana dalam bentuk aktivitas belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanan agresi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap agresi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh lantaran suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan sanggup diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu ibarat dikemukakan berikut ini.

Siklus Pelaksanaan PTK

G. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Banyak model PTK yang sanggup diadopsi dan diimplementasikan di dunia pendidikan. Namun secara singkat, pada dasarnya PTK terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu Tahapan Pra PTK, yang meliputi:
  • Identifikasi masalah
  • Analisis masalah
  • Rumusan masalah
  • Rumusan hipotesis tindakan
Tahapan Pra PTK ini sangat esensial untuk dilaksanakan sebelum suatu planning tindakan disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan yang sanggup diajukan guna menuntut pelaksanaan tahapan PTK ialah sebagai berikut ini.
  1. Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran?
  2. Mengapa hal itu terjadi dan apa sebabnya?
  3. Apa yang sanggup dilakukan dan bagaimana caranya mengatasi keprihatinan tersebut?
  4. Bukti-bukti apa saja yang sanggup dikumpulkan untuk membantu mencari fakta apa yang terjadi?
  5. Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut?
Jadi, tahapan pra PTK ini gotong royong suatu reflektif dari guru terhadap dilema yang ada dikelasnya. Masalah ini tentunya bukan bersifat individual pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan dilema umum yang bersifat klasikal, contohnya kurangnya motivasi mencar ilmu di kelas, rendahnya kualitas daya serap klasikal, dan lain-lain.
Berangkat dari hasil pelaksanaan tahapan Pra PTK inilah suatu planning tindakan dibuat.
  1. Perencanaan Tindakan; menurut pada identifikasi dilema yang dilakukan pada tahap pra PTK, planning tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan yang ditentukan. Rencana tindakan ini meliputi semua langkah tindakan secara rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK, mulai dari materi/bahan ajar, planning pengajaran yang meliputi metode/ teknik mengajar, serta teknik atau instrumen observasi/ evaluasi, dipersiapkan dengan matang pada tahap perencanaan ini. Dalam tahap ini perlu juga diperhitungkan segala hambatan yang mungkin timbul pada dikala tahap implementasi berlangsung. Dengan melaksanakan antisipasi lebih dari diharapkan pelaksanaan PTK sanggup berlangsung dengan baik sesuai dengan hipotesis yang telah ditentukan.
  2. Pelaksanaan Tindakan; tahap ini merupakan implementasi ( pelaksanaan) dari semua planning yang telah dibuat. Tahap ini, yang berlangsung di dalam kelas, ialah realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya. Langkah-langkah yang dilakukan guru tentu saja mengacu pada kurikulum yang berlaku, dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektifitas keterlibatan kolaborator sekedar untuk membantu si peneliti untuk sanggup lebih mempertajam refleksi dan penilaian yang beliau lakukan terhadap apa yang terjadi dikelasnya sendiri. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori pembelajaran yang dikuasai dan relevan.
  3. Pengamatan Tindakan; aktivitas observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini berisi ihwal pelaksanaan tindakan dan planning yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar (sejawat atau pakar). Dengan kehadiran orang lain dalam penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif. Hanya saja pengamat luar dihentikan terlibat terlalu dalam dan mengintervensi terhadap pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan oleh peneliti. Terdapat empat metode observasi, yaitu : observasi terbuka; observasi terfokus; observasi terstruktur dan dan observasi sistematis. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam observasi, diantaranya: (a) ada perencanaan antara dosen/guru dengan pengamat; (b) fokus observasi harus ditetapkan bersama; (c) dosen/guru dan pengamat membangun kriteria bersama; (d) pengamat mempunyai keterampilan mengamati; dan (e) balikan hasil pengamatan diberikan dengan segera. Adapun keterampilan yang harus dimiliki pengamat diantaranya: (a) menghindari kecenderungan untuk menciptakan penafsiran; (b) adanya keterlibatan keterampilan antar pribadi; (c) merencanakan skedul aktifitas kelas; (d) umpan balik tidak lebih dari 24 jam; (d) catatan harus teliti dan sistemaris
  4. Refleksi Terhadap Tindakan; tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat dikala dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, ibarat halnya pada dikala observasi. Keterlebatan kolaborator sekedar untuk membantu peneliti untuk sanggup lebih tajam melaksanakan refleksi dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengalaman, pengetahuan, dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi materi pertimbangan dan perbandingan sehingga sanggup ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih.Proses refleksi ini memegang kiprah yang sangat penting dalam memilih suatu keberhasilan PTK. Dengan suatu refleksi yang tajam dan terpecaya akan didapat suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan selanjutnya. Refleksi yang tidak tajam akan menawarkan umpan balik yang misleading dan bias, yang pada hasilnya menyebabkan kegagalan suatu PTK. Tentu saja kadar ketajaman proses refleksi ini ditentukan oleh kejataman dan keragaman instrumen observasi yang digunakan sebagai upaya triangulasi data. Observasi yang hanya mengunakan satu instrumen saja. Akan menghasilkan data yang miskin.Adapun untuk memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan kekurangan setiap tindakan dan ini dijadikan dasar perencanaan siiklus selanjutnya. Pelaksanaan refleksi diusahakan dihentikan lebih dari 24 jam artinya begitu selesai observasi eksklusif diadakan refleksi bersama kolaborator.
Demikianlah, secara keseluruhan keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu siklus. Siklus ini kemudian diikuti oleh siklus-siklus lain secara bersinambungan ibarat sebuah spiral.
Kapan siklus-siklus tersebut berakhir? Pertanyaan ini hanya sanggup dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau beliau sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu aktivitas PTK yang beliau lakukan, maka beliau akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, beliau akan melaksanakan satu identifikasi dilema lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK gres guna mencari solusi dari dilema tersebut.
berikut kami berikan beberapa  teladan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) Untuk Bahan tumpuan bapak ibu dalam menciptakan PTK, pada link link dibawah ini .
  1. Contoh PTK Kelas 1 IPA ( Unduh Disini )
  2. Contoh PTK Kelas 1 B Indonesia ( Unduh Disini )
  3. Contoh PTK Kelas 3 Bahasa Indonesia ( Unduh Disini )
  4. Contoh PTK Kelas 3 Matematika model 1 ( Unduh Disini )
  5. Contoh PTK Kelas 3 Matematika Model 2 ( Unduh Disini )
  6. Contoh PTK Kelas 4 IPA ( Unduh Disini )
  7. Contoh PTK Kelas 4 IPS Model 1 ( Unduh Disini )
  8. Contoh PTK Kelas 4 Matematika Model 1 ( Unduh Disini )
  9. Contoh PTK Kelas 4 IPS Model 2 ( Unduh Disini )
  10. Contoh PTK Kelas 4 Matematika Model 2 ( Unduh Disini )
  11. Contoh PTK Kelas 4 Matematika Model 3 ( Unduh Disini )
  12. Contoh PTK Kelas 4 Matematika Model 4 ( Unduh Disini )
  13. Contoh PTK Kelas 4 PAI ( Unduh Disini )
  14. Contoh PTK Kelas 4 PPKn ( Unduh Disini )
  15. Contoh PTK Kelas 5 Matematika ( Unduh Disini )
  16. Contoh PTK Kelas 5 IPA Model 1 ( Unduh Disini )
  17. Contoh PTK Kelas 5 IPA Model 2 ( Unduh Disini )
  18. Contoh PTK Kelas 5 IPA Model 3 ( Unduh Disini )
  19. Contoh PTK Kelas 5 PPKn Model 1 ( Unduh Disini )
  20. Contoh PTK Kelas 5 PPKn Model 2 ( Unduh Disini )
  21. Contoh PTK Kelas 5 PPKn Model 3 ( Unduh Disini )
  22. Contoh PTK Kelas 6 IPA Model 1 ( Unduh Disini )
  23. Contoh PTK Kelas 6 Matematika ( Unduh Disini )
  24. Contoh PTK Kelas 6 IPA Model 2 ( Unduh Disini )
  25. Contoh PTK Kelas 6 IPA Model 3 ( Unduh Disini )
  26. Contoh PTK Kelas 6 Penjaskes ( Unduh Disini )
Demikian Kami Sampaikan Seputar Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) Jenjang SD Semoga Bermanfaat .. 

Belum ada Komentar untuk "✔ Kumpulan Pola Penelitian Tindakan Kelas ( Ptk ) Jenjang Sd"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel